Rabu, 3 April 2019, Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman menghadiri Acara Seminar Pemberdayaan Ekonomi Pesantren. Bertempat di Ruang Pertemuan Maratua, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur, Jalan Gadjah Mada No. 1 Samarinda, Prodi Ekonomi Islam diwakili oleh Joko Susilo, S.Pd., M.Si., dan Adi Tri Pramono, S.Fil. M.E.

Hadir sebagai keynote speaker Gubernur Kaltim, yang diwakili Staf Ahli Bidang Reformasi Birokrasi dan Keuangan Daerah, HM Yadi Robyan Noor. Narasumber lain dalam seminar ini adalah Kepala BI Perwakilan Kalimantan Timur, Muhammad Nur,  Staf Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah, Bambang Kusmiarso, serta Kepala KOPONTREN Al-Ittifaq , Agus Setia Irawan.

Seminar ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari Bupati Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur, Tamu Undangan dari Universitas dan Institut baik negeri maupun swasta, tamu Undangan dari Kantor Kementerian Agama di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur, serta Perwakilan Pengurus Pondok Pesantren di Wilayah Provinsi Kalimantan Timur.

Kegiatan seminar ini dimulai dengan registrasi peserta oleh panitia, kemudian acara dibuka oleh MC diiringi dengan penampilan akustik dan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Pembacaan doa kemudian dibacakan oleh Perwakilan Kantor Kemenag Kaltim dan sambutan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim. Dalam sambutannya, Muhammad Nur menyampaikan bahwa kegiatan Seminar Pemberdayaan Ekonomi Pesantren ini, merupakan rangkaian dari Mahakam Sharia Festival yang dilaksanakan menjelang Ramadhan 1440 H. rangkaian festifal tersebut digelar untuk meningkatkan capaian ekonomi Islam di Provinsi Kalimantan Timur. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan dukungan kepada pesantren-pesantren di wilayah Kalimantan Timur.

Keynote Speaker: Sambutan dari Gubernur Kalimantan Timur yang disampaikan oleh Staf Ahli Bidang Reformasi Birokrasi dan Keuangan Daerah, Yadi Robyan Noor.  Dalam paparannya disampaikan "Bahwa dengan potensi demografi, yakni 80% penduduk Provinsi Kalimantan Timur adalah muslim, maka seharusnya ekonomi Islam di Kaltim bisa lebih berkembang lagi". Kenaikan APBD Tahun 2018 menjadi sebesar 10,8 trilyun rupiah, seharusnya juga berperan dalam membangun ekonomi Islam di Kalimantan Timur. Robyan Noor juga menambahkan, "Upaya yang dilakukan oleh BI melalui seminar ini, diharapkan mampu menjadi stimulus pengurus pesantren dalam meningkatkan pemberdayaan ekonomi di wilayahnya, karena juga sesuai dengan visi dan misi Gubernur Kalimantan Timur ".

Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan paparan dari narsumber dari Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Bambang Kusmiarso. Dalam paparannya, Bambang menyampaikan mengenai perbandingan perbedaan substansiil dari konsep dan implementasi ekonomi apabila dilakukan secara syariah, dan non syariah. Konsep kunci kekuatan hubungan zakat-investasi-sirkulasi ekonomis, dikaitkan dengan dampak negatif ribda dan judi sehingga menunjukkan kekuatan ekonomi islam. Bambang juga menyampaikan, 'Pengaruh zakat secara khusus dalam mengurangi kemiskinan, yakni untuk menyelamatkan daya beli masyaratat miskin yang pada gilirannya nanti akan berpengaruh pada distribusi kekayaan". Penjelasan mengenai ekonomi Islam tersebut, sangat besar potensinya  jika  dilakukan oleh pesantren, mengingta pesantren adalah pencetak sumber daya islam yang selama ini telah diakui masyarakat maupun oleh pemerintah.

Paparan mengenai ekonomis Islam sebelumnya, kemudian diteruskan oleh narasumber dari Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren) Al-Ittifaq, Agus Setia Irawan. Dalam penjelasannya, Agus Setia Irawan membuktikan bahwa konsep ekonomi Islam telah dilakukan di Kopontren Al-Ittifaq, yakni dengan melakukan pemberdayaan berbasis pertanian. Kopentren Al-Ittifaq ini menjadi contoh bagaimana sebuah pesantren bisa mencetak sumber daya islami namun juga mampu mengelola dan memberdayakan pesantren maupun masyarakat sekitar, yakni di daerah Bandung, Jawa Barat. Kopontren ini telah berhasil mencetak ratusan entreprenur dengan jaringannya sehingga mampu menghasilkan produk pertanian, antara lain beragam sayuran sebesar tiga ton per hari. Agus lantas menambahkan "Tak hanya itu, kopontren ini bahkan beberapa tahun terakhir telah dijadikan sebagai lembaga uji bibit baik dari luar negeri ke dalam negeri, maupun sebaliknya". Profil pengelolaan kopontren ini diharapakan bisa menjadi inpirasi pesantren-pesantran yang hadir dalam seminar ini. Dalam sesi ini, narasumber juga berkesempatan membagikan beberapa buah hasil dari pertanian di Pesantren Al-Ittifaq.

Kegiatan seminar ini kemudian ditutup dengan tanya jawab peserta kepada narasumber, dan diakhiri dengan adanya kesepakatan pertemuan kembali antara pesantran-pesantren dengan BI, terutama dalam menjajaki kemungkinan kunjungan ke Kopontren Al-Ittifaq.

SEMINAR ILMU EKONOMI


Jurnal Berlangganan